Orang Katolik Boleh Makan Sembarang Makanan?

Orang Katolik boleh makan sembarang “makanan”, dan itulah yang dipahami dan diajarkan oleh Gereja. Kiranya itu pun tidak salah, karena kata  ‘makanan’ saya tegaskan dengan garis miring dan bold. Yang menjadi dasar atau alasan tersebut adalah bahwa soal makan dan minum tidak ada kaitannya dengan keselamatan, tidak ada kaitannya dengan masuk sorga atau masuk neraka. Masuk sorga atau masuk neraka kaitannya dengan perilaku dan sikap hidup manusia.

Dalam Injil Matius 15:1-20, Yesus memberikan ajaran bahwa yang menajiskan orang bukan apa masuk ke dalam mulut, tetapi apa yang keluar dari mulut, karena yang keluar dari mulut berasal dari hati. Yang menajiskan orang adalah segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.

Dari Injil tersebut ada beberapa point hasil penafsiran:

  1. Yesus mengkonfrontasikan antara makan dengan tidak mencuci tangan yang dilakukan oleh murid-murid Yesus dengan aturan Yahudi yang memperbolehkan orang tidak lagi menghormati orang tuanya karena alasan tertentu.
  2. Yesus mengkritik cara hidup beragama para  Ahli Taurat dan orang Farisi yang hanya menekankan hal-hal lahiriah dan membuat aturan-aturan yang mempersulit dan menekan orang-orang kecil demi menguntungkan para pemuka agama.
  3. Yesus tidak secara eksplisit berbicara soal makan apa saja itu boleh (halal), tetapi berbicara soal makan tidak mencuci tangan itu tidak dilarang, (mungkin tangan sudah bersih), dan mencuci tangan yang menjadi tradisi Yahudi sekedar menjaga tradisi, bukan melakukan hal yang esensi yakni membersihkan tangan.

Ada penegasan dalam Injil Markus 7:19 di sana dikatakan secara eksplisit, “…. Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal.”

Lalu bagaimana dengan para Rasul sendiri setelah menerima pengajaran ini?  Dalam Kisah Para Rasul 11:8 Petrus berkata,”… Tidak, Tuhan, tidak, sebab belum pernah sesuatu yang haram dan yang tidak tahir masuk ke dalam mulutku.” Meskipun ayat tersebut mengisahkan tentang perlambang perintah Tuhan kepada Petrus untuk memberitakan Injil kepada orang-orang kafir (bukan Yahudi), tetapi dari sisi Petrus, selama ini tetap menjaga tidak makan apa yang menjadi larangan dalam Perjanjian Lama (Kitab Ulangan dan Imamat).

Larangan makanan (haram dan halal) dalam Perjanjian Lama sebagian berkaitan dengan sentiment hidup keagamaan atau pun antar suku. Misalnya haram makan daging babi, karena babi waktu itu menjadi hewan persembahan dewa-dewi orang-orang kafir. Dilarang makan darah, karena pemahaman waktu itu darah adalah tempat roh/nyawa (Kej 9:5). Darah juga merupakan bagian penting untuk korban persembahan (Im 3:13, dll) . Haram makan lemak, karena lemak adalah dihususkan untuk korban bakaran (Kej 4:4, Kel 23:18, dst).

Dengan pengetahuan dan sain moderen, berbagai makanan bisa menyebabkan penyakit pada orang tertentu, misalnya makan lemak bisa menyebabkan kolesterol tinggi, darah merupakan alat transportasi segala yang beredar dalam tubuh termasuk peredaran penyakit, babi bisa mengandung cacing pita, dan sebagainya.

Maka dalam Katolik masalah makanan haram dan halal bukan menjadi aturan Gereja/Agama. Bukan menjadi aturan untuk mencapai keselamatan surgawi.  Oleh karena itu bersifat tidak wajib untuk menaati makanan haram dan halal seperti yang diuraikan dalam Perjanjian Lama. Karena bersifat tidak wajib maka Anda boleh makan bila tidak mengganggu kesehatan Anda, juga boleh tidak makan makanan tertentu jika bisa menyebabkan gangguan kesehatan.

Jika Anda mempunyai tekanan darah tinggi maka yang haram bagi Anda adalah: daging kambing, makanan berlemak, dan semacamnya. Dalam hal ini bagi Anda daging kambing adalah haram.

Jika Anda mempunyai daging babi yang mengandung penyakit, maka itu haram bagi Anda, tetapi jika daging babi itu telah dikonfirmasi tentang higienitasnya, maka halal bagi Anda.

Yang wajib diharamkan bagi umat Katolik adalah: korupsi, tipu daya, percabulan, pesta pora, kemabukan, iri, dengki, hujat, perzinahan (isteri/suami lebih dari satu), dan semacamnya.

7 Tanggapan

  1. Memang betul semuanya ini secara teologia. Tapi satu prinsip yang perlu diambil, bahwa itu adalah mengajarkan PRINSIP HIDUP SEHAT. Dan jika kita sudah sehat maka kita dapat memberitkan kabar keselamatan kepada seluruh dunia.

  2. Apa kah salah jika seorang umat khatolik bertobat,walau dia telah banyak berbuat dosa?apa kah Tuhan mau mengampuni dosanya?

    • Tentu tidak salah orang bertobat, justeru bertobat itu seruan dari semua agama termasuk Katolik. Injil mengajarkan bahwa Allah itu maha pengampun yg akan mengampuni setiap umat yg bertobat.
      Tapi mengenai tobat kita diterima atau tidak, itu adalah sepenuhnya hanya Allah yang mengetahui.
      Akan tetapi satu-satunya kepastian pengampunan itu justeru hanya ada dalam Katolik melalui penerimaan Sakramen Tobat.
      Mengenai sakramen tobat/pengampunan dosa telah saya tulis secara khusus di sini:

      http://luminareminus.wordpress.com/2012/12/19/indahnya-menerima-sakramen-tobat/

    • Tuhan datang kedunia untuk org yang berdosa, sudah tau kan pasti jwbannya, sering2 baca alkitab ya

  3. http tentang sakramen tersebut di atas tidak bisa saya buka, kenapa ya? padahal saya ingin sekali membacanya

  4. Kalo kita(agama khatolik) makan makanan yang sudah disembhayangkan kepada dewa dalam agama konghucu boleh gak?

Tinggalkan komentar